Kamis, 16 Januari 2020

Pemikiran Filsafat Nietzsche


Pemikiran Filsafat Nietzsche

Oleh: Syahdi

(Pemerhati Hukum/Pengkaji Filsafat)

Tulisan saya kali ini melengkapi tulisan-tulisan saya lainnya tentang filsuf dan pemikiran filsafatnya. Saya sudah menulis pemikiran filsafat Karl Marx, Niccolo Machiavelli, Heraclitus dan Parmenides. Saya juga menuliskan dua karangan pemikiran filsafat saya sendiri, yaitu filsafat hidup dan filsafat politik untuk menambah perbendaharaan tulisan saya tentang filsafat. Kegandrungan saya pada filsafat membuat saya lebih nyaman menjalani hidup, bahkan saya menemukan hidup di filsafat. Tapi tentu tidak semua pemikiran filsafat dapat kita terima sepenuhnya juga tidak boleh ditolak seluruhnya. Betapapun filsafat tetaplah hasil pemikiran seseorang di bidang tertentu dan betapapun juga pemikiran filsafat adalah pemikiran yang dalam, ia mengkaji hakikat dari kehidupan baik bermasyarakat, bernegara, beragama, tentang alam semesta dan lain sebagainya. Sebab itu pemikiran filsafat sangat jauh berbeda dengan pemikiran biasa atau awam. Pemikiran Filsafat Nietzsche terkenal sebab kontroversial dan mengundang banyak kritik tajam hingga polemik.

Sebagai sebuah pemikiran sah-sah saja, dan wajar-wajar saja, yang terpenting kita sebagai umat beragama dan intelektual harus bijak dan cerdas dalam membaca setiap pemikiran-pemikiran. Sekalipun filsafat telah mendeklarasikan penolakan pada taqlid atau ketundukan buta, menerima bulat-bulat informasi tanpa memeriksa kebenaran, menganggap pendapat dan pemikiran orang sebagai kebenaran mutlak yang tidak boleh dibantah, tapi jika kita menerima secara utuh semua pemikiran filsafat malah dapat membuat kita terjerumus pada taqlid atau ketundukan buta. Baiklah kita mulai saja berdialog dengan Nietzsche. Nietzsche lahir di Rocken pada 15 Oktober 1844 bertepatan dengan hari kelahiran Fredrich Wilhem, Raja Prussia waktu itu. Ayah Nietzsche pengagum raja itu maka dengan bangga ia memberi nama baptis Friedrich pada bayinya itu. Nietzsche lahir di lingkungan keluarga khatolik yang taat. Kakeknya, Friedrich August Ludwig adalah pejabat tinggi dalam Gereja Lutheran, jabatannya dapat disejajarkan dengan uskup dalam Gereja Katholik.

Sementara ayahnya, Karl Ludwig Nietzsche adalah seorang pendeta di desa Rocken dekat Lutzen. Ia meninggal saat Nietzsche berusia 4 tahun. Dan ibunya, Franziska Oehler seorang Lutheran yang taat yang juga berasal dari keluarga pendeta. Nietzsche seorang pribadi filsuf yang penyendiri, pemurung terutama sejak ia mengalami patah hati tatkala ia ingin melamar Lou Salome-seorang novelis cantik, menyenangkan dan paling cerdas yang pernah dijumpai Nietzsche. Lou menetapkan syarat yang berat, ia mau menerima lamaran Nietzsche asal dia juga diperbolehkan menikahi Paul Ree. Diantara Nietzsche, Paul Ree dan Lou mereka terlibat cinta segitiga. Mendengar cerita itu, Elizabeth-saudari Nietzsche menjadi berang. Elizabeth melaporkan hal itu pada ibu Nietzsche. Kemarahan ibu dan saudarinya ditambah kesehatan Nietzsche yang semakin memburuk mendorong Nietzsche hidup sendirian sampai akhir hidupnya.Akhir hidup Nietzsche tergolong tragis sebagai seorang filsuf.

Jika Heraclitus wafat di kandang sapi ia mengubur dirinya sendiri dengan kotoran sapi berharap sakit yang di deritanya sembuh maka Nietzsche di akhir hidupnya ia menderita banyak penyakit dan puncaknya mengalami sakit jiwa akibat tidak hentinya berfikir dan berkarya. Tepat pada 1889 Nietzsche mengalami sakit jiwa, sejak saat itu Nietzsche tidak pernah dapat sembuh sama sekali. Tepat 3 tahun setelah ibunya meninggalkan dia untuk selamanya pada 1897, Nietzsche pun menyusul, Nietzsche meninggal pada 25 agustus 1900. Saat-saat terakhir hidupnya ia sudah tidak dapat mengetahui apa-apa dan tidak dapat lagi berpikir. Bahkan ia tidak tau kalau ibunya sudah meninggal dan juga tidak tau dia mulai menjadi termasyhur. Pemikiran filsafat Nietzsche yang dituangkannya dalam banyak buku, hampir tidak ada yang ditulis secara sistematis. Untuk mengungkapkan gagasannya ia menulis dalam bentuk aforisme.

Satu aforisme terdiri dari beberapa kalimat saja atau hanya satu paragraf. Ada juga satu aforisme terdiri dari satu kalimat. Satu aforisme merupakan gagasan utuh, yang tidak bergantung pada aforisme sebelum dan sesudahnya. Gaya tulisan semacam itu sangat berbeda dengan gaya tulidan filsuf-filsuf sebelumnya seperti Spinoza, Hegel dan Immanuel Kant yang menyusun pikirannya secara sistematis. Pemikiran filsafat Nietzsche disini saya coba mengupasnya berdasarkan buku yang ditulis Nietzsche, yaitu dalam bukunya "The Use and Abuse of History" Nietzsche membahas tentang horizon moral yang berisi kritik tentag kehidupan bermasyarakat termasuo beragama. Horizon moral yaitu tata krama, sistem pergaulan hidup yang dianggap sah dan baik. Moral itu ciptaan manusia tentang bagaimana menjalani hidup yaitu tentang apa yang benar dan apa yang salah. Dalam melihat moralitas, Nietzsche membedakan kedalam moralitas budak dan moralitas tuan.

Moralitas budak ditandai dengan sikap peduli dan sensitif kepafa semua, tidak egois, mengutamakan orang lain, rela berkorban, membantu orang-orang yang susah atau ditimpa kemalangan, demikian seterusnya. Moralitas budak menurut Nietzsche akan melahirkan mentalitas budak. Manusia harus keluar dari moralitas budak ini dan hanya berpegang pada moralitas tuan yang agresif, egois, tegas, berani dan lain sebagainya. Moralitas tuan memicu dan memberikan kesempatan yang luas untuk menjadi besar. Sementara moralitas budak mencegah dan menghambat seseorang menjadi besar, berkarya dan mengembangkan kreatifitas. Moralitas budak ini diciptakan oleh agama. Agama itu konstruksi sosial, namun masyarakat sscara membuta menganggapnya kebenaran mutlak. Agama memaksa seseorang mengikuti ajaran tuhan bukan insting alamiah manusia untuk menjadi besar. Agama membelenggu manusia, mendorong manusia tidak mau berjuang, tidak berkembang, menghambat orang menjadi besar.

Demokrasi, Sosialisme, Komunisme

Nietzsche membenci demokrasi, sosialisme dan komunisme, sebab semuanya membolehkan dan memberikan kesempatan yang luas bagi orang-orang idiot menjalankan sistem. Selain itu juga karena demokrasi, sosialisme dan komunisme mendasarkan dirinya pada kesetaraan, padahal menurut Nietzsche kita tidak setara. Dalam paham itu mayoritas yang biasa-biasa saja selalu menang, sedangkan sedikit yang kuat (berilmu dan tangguh) selalu tersisihkan. Yang menjadi pemimpin seharusnya orang yang kuat, bukan yang lemah. Hanya saja orang kuat Sering tersisihkan sebab tidak sesuai/sejalan dengan logika mayoritas. Dalam bukunya "The Death of God" Nietzsche mengatakan bahwa agama membalikkan peradaban dari yang dulu   baik menjadi jahat, apa yang dahulu baik secara insting alamiah manusia, agama datang memerangi insting alamiah. 

Kritik pada Agama dan Tuhan

Agama menurut Nietzsche menghambat kreatifitas maka orang yang kreatif dalam persepsi Islam misalnya disebut bid'ah atau ahli bid'ah. Nietzsche mengkritik keras filsuf Yunani seperti Socrates, Aristoteles dan Plato sebab pemikiran filsafatnya mendorong orang menjadi lemah. Tidak cukup sampai disitu, bagi Nietzsche tuhan tidak menciptakan manusia, tapi manusialah yang menciptakan tuhan lengkap dengan ajaran dan ke-mahakuasaan tuhan.Tuhan dan moralitas harus mati jika manusia ingin mengubah kondisi hidupnya yang lemah hari ini. Dengan demikian manusia bebas mengikuti will to power-nya. Nietzsche melanjutkan bahwa tuhan memang seharusnya mati, dan saat tuhan mati manusia akan sadar bahwa merekalah yang menciptakan tuhan. Dengan matinya tuhan maka lenyaplah ajaran dan moralitasnya. Moralitas tuhan hanya mendorong manusia menjadi lemah dan bermental budak. Lalu muncul pertanyaan bagaimana tuhan mati, bagaimana membunuh tuhan?, Nietzsche mengatakan tuhan akan mati dengan pencerahan kita dan sains kita yang mampu menjelaskan segalanya yang membunuhnya. 

Dengan matinya tuhan maka terbukalah horison seluas/luasnya bagi segala energi kreatif untuk berkembang. Setelah tuhan mati dan sistem nilainya hilang maka muncullah nihilisme. Nihilisme inilah menurut Nietzschd hidup yang sejati. Kematian tuhan sama dengan kemerdekaan mutlak dan manusia bebas membuag sistem nilai sendiri. Hilangnya nilai dan makna yang ditetapkan tuhab berarti kemenangan dan pembebasan sehingga manusia dapat menciptakan sistem nilai sendiri. Hidup menurut Nietzsche tidak ada akhir, tanpa makna dan tanpa tujuan. Hidup tak lain hanyalah sebentuk siklus yang terus berputar dan kembali lagi di tempat, fase/kondisi yang sama seperti semula. Setelah kematian tuhan dalam bayangan Nietzsche akan terjadi krisis. Sebab tanpa adanya horison moral sebagian besar orang akan kehilangan orientasi, sebab sebagian besar orang (lemah) memerluka "ilusi" itu yaitu horison moral tuhan demi stabilitas.

Hal itu berlangsung hanya sebelum manusia berhasil menciptakan sistem nilai dan moralitasnya masing-masing. Dalam memandang agama, Nietzsche ada kesamaan agak berbeda dengan Karl Marx, Marx mengkritik cara beragama yang membuat orang menjadi lemah, serba pasrah, tidak mau berjuang, menerima takdir, ikhlas ketika dizhalimi dan sebagainya. Sedangkan Nietzsche justru mengkritik tuhan dan agama yang mengkekang dan membelenggu kesempatan hidup menjadi manusia yang lebih baik, agama adalah penghalang bagi kemajuan. Agama yang dimaksud Nietzche disini adalah kristen, mengingat ia hidup dalam lingkungan keluarga  dan lingkungan pergaulan kristen. Sebab pemikirannya yang menolak keberadaan dan pengaruh agama maka wajar saja ia kemudian dikritik sangat keras oleh agamawan termasuk kita yang beragama. Dibagian ini kita bisa tidak sepakat dengan Nietzsche tapi tetap ada substansi yang dapat kita ambil dengan membaca pemikiran filsafat Nietzsche.

Kehendak untuk berkuasa

Kehendak untuk berkuasa menurut Nietzsche adalah dorongan yang berasal dari setiap orang untuk berkreasi, mencapai kebesaran dan kemudian memperoleh kekuasaan. Selama berabad-abad dorongan ini ditekan dan disingkirkan oleh agama dan moralitas budak pada agama. Setiap batin manusia sebenarnya menuntut untuk lebih menonjol diatas banyak orang. Manusia harus mengejar kehendak untuk berkuasa, sebab jika tida maka orang-orang idiot akan berkuasa. Dunia ini isinya adalah kehendak untuk berkuasa, tidak lebih dari itu. Sedangkan kehendak untuk berkuasa adalah daya hidup paling primordial dalam diri manusia. Pengetahuan bekerja sebagai instrumen kekuasaan. Kehendak untuk mengetahui sesuatu bergantung pada kehendak untuk menguasai. Tujuan pengetahuan itu bukan menangkap kebenaran tertentu melainkan untuk menundukkan sesuatu.

Ubermensch/Superman

Tujuan kebudayaan bukan kemanusiaan namun ubermensch atau superman. Superman atau manusia super/hebat itu adalah orang yang teguh, terampil, tidak di dikte, bebas, mandiri, ningrat, berani menghadapi hidup dan tidak melarikan diri. Ubermensch menurut Nietzsche kira-kira seperti perpaduan antara Napoleon dan Gothe atau antara Julius Caesar dan Yesus.

Manfaat mempelajari pemikiran filsafat Nietzsche

Nietzsche memberi kita kebenaran lain denhan menyadarkan kita bahwa kita selama ini hanya menghabiskan sebagian besar waktu tanpa melakukan apa-apa. Mulai dari kita bangun tidur kita mandi, sarapan, berangkat kerja, makan siang, makan malam, pulang kerja, mandi, jalan-jalan dan tidur. Seperti itulah siklus waktu yang kita habiskan. Dengan pola hidup yang seperti itu manusia tidak melakukan apa-apa, tidak produktif, tidak mau berkarya dan selamanya menjadi lemah dan tertindas. Himbauan filsafat Nietzsche untuk mengikuti will to power (kehendak alamiah untuk berkuasa, menjadi produktif, berkarya, menjadi besar, mengambangkan potensi) kita mesti mulai dan berani berfikir serta bertindak keluar dari "kotak" atau zona nyaman. Sebab sesungguhnya itu bukanlah zona nyaman tapi kita telah mempersiapkan diri kita untuk tertinggal, terbelakang dan tertindas arus zaman. Nietzsche mengajarkan bahwa jangan jadi bagian dari kerumunan, tapi tunjukkanlah dirimu menjadi tokoh penting dalam sejarah.

Hak Angket DPR Dalam Dugaan Pelanggaran Pemilu Tidak Tepat

Hak Angket DPR Dalam Dugaan Pelanggaran Pemilu Tidak Tepat Oleh: Syahdi Firman, S.H., M.H (Pemerhati Hukum Tata Negara) Beberapa hari pasca ...