Rabu, 09 November 2022

Kuasa Materi

Kuasa Materi

Oleh: Syahdi

(Cendekiawan Muslim)

Kegandrungan hidup pada materi sering dipersalahkan atas kebangkrutan nalar sehingga seseorang kehilangan kemampuan untuk mengerti baik-buruk, benar-salah. Dengan kondisi nalar yang bangkrut dan ringsek itu seorang dengan seabrek gelar akademik, dengan status sosial yang dianggap terpandang namun pada kenyataannya tidak ubahnya bagaikan seorang idiot yang tidak mampu berpikir. Jika materi sudah menguasai diri dan meruntuhkan nalar maka manusia hidupnya tidak ada bedanya dengan kehidupan hewan yang hanya memikirkan perut. Betapa pengaruh materi mampu merusak dan menyeret seseorang menjadi sedemikian berkarat ke tingkat separah itu. Seseorang dapat bertransformasi menjadi tipikal tempramen akibat ketidaksabarannya atas kemiskinan juga di dalangi oleh materi. Maraknya perceraian dalam banyak kasus juga disebabkan oleh materi sehingga seorang suami dianggap tidak bertanggung jawab menafkahi keluarganya meskipun ia telah berjuang dalam kepayahan dan menderita hidupnya demi anak istrinya tetap tercukupi makan dan minumnya. Demikian pula tumpah-ruahnya korupsi, perampokan, pencurian dan sejenisnya juga imbas dari materi. 

Tidak dapat terbantahkan bahwa betapapun juga materi merupakan pendobrak paling kuat dalam menopang kehidupan. Keberadaannya tidak sekedar untuk survive. Tapi materi dapat membangun peradaban, di sisi lain dapat pula meruntuhkannya dengan singkat. Materi dapat membangkitkan kepekaan dan kepedulian sosial yang kuat sehingga menjadi faktor pendorong yang menginisiasi rasa simpati dan empati yang tebal. Dengan materi pula seseorang menjadi sangat arogan, rakus, dan bebal. Sebab itu kita tidak heran dalam kelobaan dan kebebalan itu orang-orang rela bersitegang dan berlomba entah itu demi memberi makan perut yang kelaparan maupun memberi makan keinginan menjadi kaya dengan gaya hidup yang elitis. Pembusukan sengaja disebar agar penguasaan materi tersentralisasi kepada orang-orang tertentu hingga menjadikannya mendominasi. Setelah mendominasi lalu ia pun berkata: "Akulah yang memberi kalian kehidupan, maka dengarkan dan patuhilah aku dengan penuh pengharapan".

Tidak ada benteng paling kuat menahan otoritarianisme materi selain kesabaran yang dilandasi oleh akal yang terhubung kepada tuhan atau akal yang dituntun moralitas untuk mampu bertahan dalam keadaan sesulit apapun. Kuasa materi yang begitu kuat mampu menyerap habis kesempatan untuk berpikir jernih mengorbitkan pikiran-pikiran yang mencerahkan. Orang-orang hidupnya di didik dibawah kuasa materi sehingga menjadikan banyak orang serba materialistik, penuh perhitungan untung-rugi, individualis, tidak punya kepedulian kepada soal-soal kemasyarakatan yang berkembang. Orang-orang yang tidak mampu bertahan di bawah kuasa materi akhirnya termaginalkan dan terpaksa terbenam dalam hidup yang kumuh dan lusuh sementara tidak ada seorangpun juga yang peduli padanya hingga ia menghadap tuhan yang maha kuasa.

Materi dapat memadamkan cahaya akal disamping ia dapat pula melatarbelakangi kelahiran sebuah gagasan pembebasan atas perbudakan dan penindasan. Dalam kondisi kekurangan dan ketiadaan materi dapat membangkitkan semangat juang yang tinggi untuk memperbaiki hidup yang lebih baik. Dengan kondisi kekurangan materi pula banyak orang memilih gantung diri mengakhiri hidupnya secara tragis. Diantara efek materi yang paling merisaukan ialah menganggu pertumbuhan nalar sehingga menjadikan banyak orang idiot dan terbelakang, menghalangi terbitnya ide dan gerakan pencerahan yang merestorasi mentalitas budak masyarakat menjadi orang-orang yang memiliki kesadaran hidup kolektif untuk pembangunan mental, moral dan intelektual. Kondisi inilah yang paling berat, tidak dapat tidak orang-orang yang masih waras akal pikirannya harus berkonfrontasi, mendirikan bangunan nalar yang kokoh menghebatkan perlawanan untuk menyadarkan orang-orang yang tenggelam dalam lautan materi yang dalam.

Sejarah telah banyak mengajarkan kepada kita bahwa dari zaman ke zaman selalu ada perjuangan pembebasan perbudakan dan penindasan, ada segelintir orang yang menolak kemapanan karena kesadaran nurani dan pikirannya untuk menjaga agar tidak diperbudak materi dan mewakafkan hidupnya untuk banyak orang. Sementara banyak orang yang rela melakukan segalanya untuk menjadi kaya meskipun dengan jalan memperbudak dan memiskinkan banyak orang. Ada orang yang bagus moralnya maka ia disebut orang baik, ada pula yang rendah kualitas moralnya maka ia pun dikenal sebagai orang yang buruk dan rusak, inilah  realitas sejarah yang terus berulang dari zaman ke zaman sebagai sebentuk sunnatullah yang berlaku atas manusia. Hanya saja pada tiap pengalaman hendaknya menjadi guru bagi tugas berat di masa kini dan masa yang akan datang untuk terus mengikhtiarkan perbaikan kondisi kemasyarakatan, dan yang paling terpenting kondisi nalar. Perjuangan merawat dan memelihara nalar yang sehat dan jernih jauh lebih berat di tengah ketidakwarasan dan kebobrokan di banyak aspek ketimbang berkonfrontasi panjang dengan kedigdayaan materi yang mampu mengontrol dan mengubah segalanya. Demikianlah kuasa materi, dengan otoritarianismenya ia dapat melakukan apa saja bagi orang-orang yang memujanya dan mengkultuskannya. 

Hak Angket DPR Dalam Dugaan Pelanggaran Pemilu Tidak Tepat

Hak Angket DPR Dalam Dugaan Pelanggaran Pemilu Tidak Tepat Oleh: Syahdi Firman, S.H., M.H (Pemerhati Hukum Tata Negara) Beberapa hari pasca ...