Selasa, 19 November 2019

Manusia, Kebendaan dan Kedudukan


Manusia, Kebendaan dan Kedudukan
(Filsafat Hidup)
Oleh: Syahdi, S.H
(Pemerhati Hukum/Pengkaji Filsafat)

Manusia pada dasarnya baik, perubahan-perubahan orientasi dan perilaku terbentuk dan dipengaruhi oleh relasi antar manusia dalam pergaulan hidupnya. Perilaku manusia ditentukan oleh tarik menarik antara nurani dengan akal, perasaan dengan kemampuan berfikir yang realistis. Akal menuntun pada pengambilan keputusan yang realistis, sedangkan nurani menuntun manusia pada pengambilan keputusan yang bijaksana dan santun. Secara kodrat karakter dasar manusia adalah baik, tetapi dalam dirinya juga terdapat potensi atau kecenderungan yang dinamis. 

Dengan itu manusia juga dapat mengalami peralihan perilaku secara dinamis, hari ini baik besok berperilaku yang tidak baik. Perubahan perilaku itu tidak pernah statis, sebab manusia selalu digerakkan oleh kemampuan berfikir rasional dan realistis sehingga dengannya manusia memiliki kemampuan untuk mempertimbangkan nilai-nilai serta nurani yang menuntun pada kebaikan. Etika adalah abstraksi, ia ada dalam alam fikiran setiap manusia. Kesantunan adalah persepsi setiap manusia dalam melihat dan menyikapi alam realitas dalam pergaulan hidupnya. Bahwa yang tua harus menjadi panutan bagi yang muda agar keseimbangan hidup tetap terjaga tidak selamanya demikian. Atau yang muda harus banyak belajar dan menghormati yang tua tidak selamanya pula demikian. 

Manusia dihargai dan dihormati karena kematangan berfikirnya, karena keputusan-keputusan yang diambilnya bijaksana dan realistis, karena kepandaiannya, akhlak baiknya sehingga ia memperoleh kewibawaan ditengah-tengah manusia lainnya. Manusia dapat berubah menjadi sombong, angkuh, kasar, dan berlaku sadis jika matinya fungsi akal akibat dominasi perasaan sehingga akal kehilangan kemampuan kontrol atas perilaku manusia. Hati adalah tempatnya perasaan suka, benci, marah, sabar, ikhlas, senang, sedih, dendam, kecewa, muak, keserakahan, kagum, simpati, nurani, penyayang, pemurah, keinginan-keinginan, adil, curang, bijaksana, sewenang-wenang. Semantara otak adalah tempatnya akal/fikiran, prediksi tentang kemungkinan-kemungkinan baik-buruk, kecerobohan, pertimbangan-pertimbangan pilihan dan nilai, ide-ide. 

Perilaku manusia dan pengambilan keputusan oleh manusia adalah relasi antara akal dan perasaan yang melahirkan keseimbangan perilaku.  Manusia adalah bagian dari alam, ia tak dapat dipisahkan dari alam. Tubuh manusia dialiri air, darah adalah air, bahan dasar tubuh manusia adalah air. Air adalah alam, air adalah sumber kehidupan. Air dapat menumbuhkan, menghidupkan, memberi kehidupan pada manusia serta makhluk lain. Manusia yang merusak alam, terjadinya banjir dan pembakaran hutan adalah manusia yang merusak dirinya sendiri. Lingkungan tidak mempengaruhi manusia, tapi manusialah yang membentuk lingkungannya. 

Ketidakadilan terjadi akibat dominasi perasaan (hati) atas akal/fikiran. Perilaku manusia yang dipandang tidak adil terjadi akibat relasi dominasi keinginan-keinginan kebendaan yang bersifat materi. Manusia yang menaruh penghargaan kepada kebendaan/materi telah meletakkan akalnya dibawah materi. Sehingga materi berada di puncak realisasi perilaku, sedangkan dominasi hati berada di dasar yang membentuk dan menentukan orientasi perilaku. Kebendaan adalah bangunan kompleks tentang relasi antara materi dengan kebutuhan-kebutuhan, keperluan-keperluan dengan kepentingan-kepentingan. Menaruh penghargaan yang berlebihan pada materi mengakibatkan lemahnya kendali dan fungsi akal terhadap perilaku. 

Akal digunakan sekedar sebagai pertimbangan alternatif yang tidak menentukan keputusan-keputusan perilaku. Pemilikan dan penguasaan manusia atas kebendaan (materi) menentukan kedudukannya di tengah pergaulan hidup. Tetapi terlalu bergantung pada kebendaan dapat mengakibatkan matinya fungsi akal, sehingga yang tampil ke luar adalah perilaku yang memperturutkan keinginan-keinginan. Manusia yang mudah merasa kasian atau iba baik karena keadaan-keadaan atau iba melihat maraknya kemiskinan menandakan dominannya fungsi hati. Manusia yang mudah merasa iba sangat mudah pula ia tertipu karena dominasi hati yang memunculkan perasaan kasian atau iba ternyata adalah keadaan-keadaan hasil dari keputusan-keputusan yang terjadi juga disebabkan dominasi hati atas fikiran manusia lain untuk menambah kekayaan atau mendapatkan keuntungan atas penguasaan kebendaan. 


Dominasi hati/perasaan atas akal/fikiran dapat menimbulkan rasa kebanggaan dan mendatangkan kekayaan sekaligus dapat pula melahirkan rasa kasian dan simpati yang dapat berubah menjadi rasa benci dan muak kepada ketidakadilan yang mengakibatkan ketimpangan. Bahwa kenyataannya kemiskinan terjadi disebabkan dorongan keinginan-keinginan untuk memperoleh suatu kedudukan di tengah pergaulan hidup. Seorang koruptor ingin agar ia dipandang kaya, dihormati dan disegani karena penguasaannya atas materi sekalipun ia dapat menyadari bahwa perilaku korup itu dapat menimbulkan relasi-relasi kondisi yang melahirkan kemiskinan. Seorang pencuri dengan menjadikan kegiatan mencuri sebagai sumber penghasilannya karena dorongan keinginan untuk memperoleh suatu kedudukan di tengah-tengah pergaulan hidup, agar ia dipandang mampu mengusahakan kehidupannya dan keluarganya, bukan seorang yang miskin. 

Kemiskinan adalah kelemahan, sedangkan kekayaan adalah kekuatan dan kekuasaan. Lemah adalah kondisi ketidakmampuan baik fisik maupun pemilikan atau penguasaan atas materi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sedangkan kuat adalah kondisi manakala kedudukan seseorang mampu mempengaruhi mengendalikan orang lain, dan merekayasa pergaulan hidup maupun aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan atas kebendaan. Tidak seorangpun menginginkan kelemahan atau menjadi manusia lemah dalam pergaulan hidupnya. Kedudukan yang tinggi melahirkan kekuasaan, kekuasaan dibentuk oleh kedudukan yang tinggi. Seorang yang menguasai banyak materi, ia dapat membentuk kondisi ekonomi masyarakatnya dengan membuka banyak lapangan pekerjaan sehingga kemiskinan dapat dikurangi. Ia berkuasa dalam kedudukannya itu atas para pekerja, alat-alat produksi dan dalam menetapkan aturan-aturan yang mengikat mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hak Angket DPR Dalam Dugaan Pelanggaran Pemilu Tidak Tepat

Hak Angket DPR Dalam Dugaan Pelanggaran Pemilu Tidak Tepat Oleh: Syahdi Firman, S.H., M.H (Pemerhati Hukum Tata Negara) Beberapa hari pasca ...