Minggu, 15 Desember 2019

Filsafat Humanisme


Filsafat Humanisme

Oleh: Syahdi, S.H

(Pemerhati Hukum/Pengkaji Filsafat)

Humanisme adalah ajaran tentang manusia. Filsafat humanisme berarti filsafat tentang manusia. Secara historis, humanisme adalah karakter paling dominan dari renaissance dan aufklarung. Dalam filsafat humanisme, antroposentrisme terletak pada manusia, dengan kata lain manusia menjadi titik sentral. Ciri paling khas dari humanisme ini banyak dikritik terutama oleh kalangan agamawan yang memandang hanya tuhan lah yang harus dijadikan titik sentral dalam kehidupan. Untuk konteks ideologi Indonesia, humanisme juga dianut yaitu pada sila kedua Pancasila yang tak lain merupakan cerminan dari humanisme. 

Filsafat humanisme lahir ditengah peradaban dunia modern. Secara harfiah terminologi modern akar katanya diambil dalam bahasa latin yaitu disebut moderna, yang artinya sekarang, masa kini, baru, kekinian, up to date. Sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa era yang disebut sebagai era modern dimulai sekitar abad ke-15 atau tahun 1500. Sementara zaman sebelum tahun 1500 tidak disebut modern sebab dipandang belum ada kesadaran modern, orientasi filsafatnya selalu mundur, melihat ke belakang, sedikit sekali yang berorientasi masa kini (di masa filsuf yang bersangkutan) menuju masa depan. 

Kesadaran Modern

Ciri kesadaran modern yaitu bahwa manusia menyadari dirinya sebagai subyek, pusat realitas yang menjadi ukuran segala sesuatu. Dengan ciri ini manusia adalah tipe mandiri atau otonom yang menentukan dan yang memutuskan segala sesuatu, otoritas paling tinggi terletak pada manusia. Ciri kesadaran modern kedua yaitu kritik atau kesadaran kritis. Ketiga, yaitu kesadaran progresif. Dalam kesadaran progresif waktu adalah sumber langka yang tak terulang lagi. Kesadaran progresif sangat memperhitungkan waktu, penghematan waktu, pemanfaatan waktu semaksimal mungkin, tidak membuang-buang waktu. 

Memahami humanisme dalam filsafat harus hati-hati sebab kadang-kadang merujuk pada fase, era yang sifatnya historis dan ada humanisme yang merujuk pada ideologis. Tetapi secara umum humanisme dipahami sebagai sebentuk ideologi, sebagai ideologi, sebuah aliran atau cara berfikir yang memposisikan manusia sebagai pusat. Kadang disebut antroprosentrisme kadang disebut homo mensura atau manusia sebagai ukuran. Humanisme dapat dipahami dari dua sisi yaitu sisi historis dan sisi aliran-aliran dalam filsafat. Dari sisi historis, humanisme berarti suatu gerakan intelektual dan kesusasteraan yang awalnya muncul di Itali pada pertengahan abad ke-14. 

Sementara dari sisi aliran dalam filsafat, humanisme adalah sebagai paham yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan martabat manusia sedemikian rupa sehingga manusia menempati posisi yang sangat tinggi, sentral dan penting baik dalam perenungan teoritis-falsafati maupun dalam praktis kehidupan sehari-hari. Manusia adalah pusat dari realitas. Humanisme sebagai fase dalam filsafat maka humanisme juga dapat dijumpai pada filsafat humanisme renaissance. Artinya humanisme dalam filsafat renaissance, demikian juga dalam dunia Islam kita mengenal ada fase salaf juga ada fase khalaf. 

Secara terminologis, humanisme berasal dari bahasa latin yaitu dari kata humanus yang memiliki akar kata homo yang berarti manusia. Sedangkan humanus berarti sifat manusiawi atau sesuai kodrat manusia. Pendukung filsafat humanisme disebut humanis. Pada awalnya yang disebut humanis adalah sekelompok orang yang mempelajari dan menyelidiki buku-buku pengetahuan yang ditinggalkan oleh orang-orang Yunani dan Romawi. Buku-buku itu diterjemahkan kedalam berbagai bahasa, dicetak dan diberi penjelasan. 

Selain humanus, juga terdapat istilah umanista yaitu golongan akademisi yang mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu humaniora seperti gramatika, sejarah, retorika, seni puisi atau filsafat moral. Ciri seorang humanis seperti dikemukakan oleh H.J. Blacam seorang direktur The British Humanist Association, bahwa seseorang layak disebut humanis jika memenuhi syarat-syarat yaitu orang itu berada diatas dirinya sendiri. Bahwa perbuatan atau keputusan yang dilakukan oleh seseorang berasal dari kesadaran dalam dirinya, bukan hasil dari mengikuti pikiran orang sehingga tidak punya pendirian hanya mengikut saja pada pendapat orang lain, tidak mandiri, tidak otonom. 

Syarat kedua yaitu seorang humanis memandang hidup ini adalah segala-galanya. Ia akan selalu mengisi kehidupannya dengan hal-hal yang bermanfaat, tidak larut dalam kesedihan dan masa lalu, tetapi berfikiran realistis dan punya rencana dan pikiran dengan prospek orientasi kedepan. Syarat berikutnya yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri dan tanggung jawab terhadap kemanusiaan pada umumnya. Jika sudah memiliki empat syarat atau karakter ini maka seseorang akan menjadi manusia yang otonom atau mandiri, hidupnya tidak tergantung kepada orang lain. 

Misi humanisme yaitu merebut manusia dari alienasi oleh obsesi masyarakat pada dunia-sana dan mengakarkannya kembali pada dunia-sini. Dalam sejarahnya humanisme lahir dari gerakan renaissance pada abad 16 terhadap dunia dehumanisme yang disetir oleh otoritas gereja di Eropa selama berabad-abad. Gereja merasa menjadi satu-satunya otoritas dalam memberikan interpretasi terhadap dogma-dogma agama yang kemudian diterjemahkan kedalam segenap bidang kehidupan di Eropa. Mulai dari menyetir kebebasan berfikir dan mengekspresikan fikiran sampai pada segala sesuatunya harus manut pada ajaran gereja. 

Semua yang bertentangan dengan ajaran gereja dianggap menentang ajaran gereja dan firman tuhan. Di masa ini di Eropa gereja tampil sebagai diktator yang berkuasa atas nama agama, semua ajarannya harus diikuti tidak boleh ada kebenaran lain selain daripada ajaran agama atau gereja. Dogma agama menyetir ruang kebebasan berfikir orang-orang di masa itu, sehingga ilmu pengetahuan mengalami kebuntuan, tidak berkembang di Eropa. Sebab itulah maka muncullah gerakan renaissance untuk membebaskan manusia dari belenggu otoritarianisme gereja. 

Sedangkan humanisme adalah puncak dari reaksi renaissance dengan misi mengembalikan manusia sebagaimana manusia, me-manusiakan manusia sebagaimana kodrat alamiahnya yang dilengkapi dengan akal sebagai penuntun utama perilaku alamiahnya. Dalam hubungannya dengan sekulerisme, gerakan renaissance berdampak pada ajaran pemisahan agama dari negara atau agama dari politik. Ajaran sekulerisme ini dalam sejarah Indonesia dijadikan percontohan untuk memisahkan Islam dari negara Islam dari politik. 

Dalam perkembangannya, humanisme kontemporer hadir sebagai reaksi protes terhadap kekuatan-kekuatan yang mengancam eksistensi nilai-nilai kemanusiaan yang ada dalam diri manusia di era modern. Beberapa isu humanisme di era modern yang diprotes humanisme kontemporer sebab kodrat alamiah manusia itu dapat disalahgunakan dan dapat berdampak pada eksistensi kodrat alamiah manusia itu sendiri. Isu humanisme tersebut yaitu, isu diri manusia. Bahwa manusia sebagai sentral segala sesuatu secara alamiah atau secara fitrah memiliki sejumlah hak dan kebebasan, tetapi hak dan kebebasan alamiah itu dapat mengancam kemanusiaan manusia itu sendiri. 

Sebab itu manusia harus pula bertanggung jawab atas fitrah alamiahnya itu. Fitrahnya manusia itu menikah, maka tidak boleh atas dasar apapun melarang manusia untuk menikah. Fitrah manusia harus menghormati dan memperlakukan orangtuanya dengan baik, manusia tidak boleh bertindak sebaliknya yaitu berlaku kasar dan memperlakukan orangtua secara buruk. Isu kedua yaitu hakikat manusia. Bahwa humanisme memandang hakikatnya manusia itu baik, tetapi harus sesuai dengan proporsinya. Misalnya humanisme memandang nikah itu fitrah manusia dan itu baik, rasa suka antara perempuan dan laki-laki adalah fitrah, tetapi rasa suka itu harus diekspresikan melalui pernikahan yang sah, tidak melalui perzinahan. 

Isu selanjutnya yaitu kebebasan dan otonomi manusia. Humanisme memprotes semua hal yang mengekang, menyalahi, menghalangi isu-isu tersebut, disamping itu humanisme menuntut tanggung jawab manusia atas kodrat alamiahnya. Menurut penggolongannya, ada beberapa macam humanisme yaitu modern humanism/humanisme naturalistic/scientific humanism/ethical humanism/demokratic humanism ialah satu filsafat naturalistik yang menolak semua supernaturalisme dan lebih bersandar pada rasio, ilmu pengetahuan, demokrasi dan perasaan kemanusiaan. 

Humanisme modern terbagi dua yaitu humanisme sekuler dan humanisme religius. Humanisme religius mengambil dasar dari luar diri manusia yaitu agama, sementara humanisme sekuler hanya mengandalkan rasio atau akal belaka. Dalam Islam misalnya humanisme juga ada. Humanisme religius memandang agama sesuai dengan fitrah manusia, agama adalah pedoman untuk hidup manusia. Sementara itu humanisme atheis, sekuler atau humanisme anti agama melepaskan agama dan memilih dunia sebab agama dan dunia dipahami sebagai dua hal yang kontras satu dengan yang lain. 

Humanisme sekuler memandang agama adalah mitos, menentang sikap rendah hati, ketakwaan dan keterikatan bathin pada akhirat, tidak percaya dan menentang keabadian atau kekal yang dijanjikan tuhan. Keabadian oleh penganut humanisme sekuler dipahami hanya berupa karya-karya monumental seperti nama baik, lukisan, patung-patung orang yang memiliki karya besar adalah menifestasi dari keabadian. Mereka yang menganggap humanisme arahnya atheis hanya melihat humanisme yang sekuler. Padahal humanisme dalam sejarahnya telah berkembang dan memiliki banyak corak dan variasi. 

Kritik Terhadap Humanisme

Humanisme mendapat kritik tajam dari strukturalisme yang tumbuh di Prancis pada tahun 1960 yang menolak manusia dijadikan subyek atau pusat dari segala sesuatu di dunia.  Dalam pandangan strukturalisme manusia pada dasarnya dibentuk oleh relasi-relasi struktural sebagaimana setiap makhluk lainnya. Menurut strukturalisme manusia hanyalah salah satu eleman dalam struktur besar alam semesta, manusia bersifat dialektis dengan lingkungan sekelilingnya. 

Strukturalisme melihat dalam sejarahnya humanisme justru ditarik sebagai proyek peradaban barat, yang menjadi sentral dari humanisme historis adalah bangsa barat. Beradab atau tidak beradab ditentukan dari perspektif humanisme barat, barat menjadi tolak ukur peradaban. Disini humanisme malah bersifat eksklusif sehingga bangsa barat menganggap dirinya adalah yang paling humanis dan paling beradab. Kritik lainnya muncul dari aliran post modern yang memandang bahwa manusia tidak dapat dipahami dan dijadikan sebagai sentral segala sesuatu, manusia tidak dapat menjadi ukuran masyarakat. 

Di dalam kompleksitas sosial tidak ada ukuran yang menjadi pusat segalanya, tiap sistem memiliki ukurannya masing-masing. Namun meskipun dikritik, humanisme telah mampu memberikan penyadaran kepada manusia tentang bagaimana me-manusiakan manusia, humanisme berangkat dari suatu keprihatinan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan ingin melindungi martabat manusia dari kesewenangan apapun termasuk kesewenangan yang dapat muncul dari agama, ideologi, sains dan pandangan dunia lainnya yang dapat menjadi eksklusivitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hak Angket DPR Dalam Dugaan Pelanggaran Pemilu Tidak Tepat

Hak Angket DPR Dalam Dugaan Pelanggaran Pemilu Tidak Tepat Oleh: Syahdi Firman, S.H., M.H (Pemerhati Hukum Tata Negara) Beberapa hari pasca ...