Filsafat Humanisme
Oleh: Syahdi, S.H
(Pemerhati Hukum/Pengkaji Filsafat)
(Pemerhati Hukum/Pengkaji Filsafat)
Humanisme adalah ajaran tentang manusia. Filsafat humanisme
berarti filsafat tentang manusia. Secara historis, humanisme adalah karakter paling dominan dari renaissance dan aufklarung. Dalam
filsafat humanisme, antroposentrisme terletak pada manusia, dengan kata lain
manusia menjadi titik sentral. Ciri paling khas dari humanisme ini banyak dikritik terutama oleh kalangan agamawan yang memandang hanya tuhan lah yang harus dijadikan titik sentral dalam kehidupan. Untuk konteks ideologi
Indonesia, humanisme juga dianut yaitu pada sila kedua Pancasila yang tak lain merupakan cerminan dari humanisme.
Filsafat humanisme lahir ditengah peradaban dunia modern. Secara harfiah terminologi modern akar katanya diambil dalam bahasa latin yaitu disebut moderna, yang artinya sekarang, masa kini, baru, kekinian, up to date. Sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa era yang disebut sebagai era modern dimulai sekitar abad ke-15 atau tahun 1500. Sementara zaman sebelum tahun 1500 tidak disebut modern sebab dipandang belum ada kesadaran modern, orientasi filsafatnya selalu mundur, melihat ke belakang, sedikit sekali yang berorientasi masa kini (di masa filsuf yang bersangkutan) menuju masa depan.
Filsafat humanisme lahir ditengah peradaban dunia modern. Secara harfiah terminologi modern akar katanya diambil dalam bahasa latin yaitu disebut moderna, yang artinya sekarang, masa kini, baru, kekinian, up to date. Sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa era yang disebut sebagai era modern dimulai sekitar abad ke-15 atau tahun 1500. Sementara zaman sebelum tahun 1500 tidak disebut modern sebab dipandang belum ada kesadaran modern, orientasi filsafatnya selalu mundur, melihat ke belakang, sedikit sekali yang berorientasi masa kini (di masa filsuf yang bersangkutan) menuju masa depan.
Kesadaran Modern
Ciri kesadaran modern yaitu bahwa manusia menyadari dirinya sebagai subyek, pusat realitas yang menjadi ukuran segala sesuatu. Dengan ciri ini manusia adalah tipe mandiri atau otonom yang menentukan dan yang memutuskan segala sesuatu, otoritas paling tinggi terletak pada manusia. Ciri kesadaran modern kedua yaitu kritik atau kesadaran kritis. Ketiga, yaitu kesadaran progresif. Dalam kesadaran progresif waktu adalah sumber langka yang tak terulang lagi. Kesadaran progresif sangat memperhitungkan waktu, penghematan waktu, pemanfaatan waktu semaksimal mungkin, tidak membuang-buang waktu.
Ciri kesadaran modern yaitu bahwa manusia menyadari dirinya sebagai subyek, pusat realitas yang menjadi ukuran segala sesuatu. Dengan ciri ini manusia adalah tipe mandiri atau otonom yang menentukan dan yang memutuskan segala sesuatu, otoritas paling tinggi terletak pada manusia. Ciri kesadaran modern kedua yaitu kritik atau kesadaran kritis. Ketiga, yaitu kesadaran progresif. Dalam kesadaran progresif waktu adalah sumber langka yang tak terulang lagi. Kesadaran progresif sangat memperhitungkan waktu, penghematan waktu, pemanfaatan waktu semaksimal mungkin, tidak membuang-buang waktu.
Memahami humanisme dalam
filsafat harus hati-hati sebab kadang-kadang merujuk pada fase, era yang
sifatnya historis dan ada humanisme yang merujuk pada ideologis. Tetapi secara
umum humanisme dipahami sebagai sebentuk ideologi, sebagai ideologi, sebuah
aliran atau cara berfikir yang memposisikan manusia sebagai pusat. Kadang
disebut antroprosentrisme kadang disebut homo mensura atau manusia
sebagai ukuran. Humanisme dapat dipahami dari dua sisi yaitu sisi historis dan
sisi aliran-aliran dalam filsafat. Dari sisi historis, humanisme berarti suatu
gerakan intelektual dan kesusasteraan yang awalnya muncul di Itali pada
pertengahan abad ke-14.
Sementara dari sisi aliran dalam filsafat, humanisme
adalah sebagai paham yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan martabat manusia
sedemikian rupa sehingga manusia menempati posisi yang sangat tinggi, sentral
dan penting baik dalam perenungan teoritis-falsafati maupun dalam praktis
kehidupan sehari-hari. Manusia adalah pusat dari realitas. Humanisme sebagai
fase dalam filsafat maka humanisme juga dapat dijumpai pada filsafat humanisme
renaissance. Artinya humanisme dalam filsafat renaissance, demikian juga dalam
dunia Islam kita mengenal ada fase salaf juga ada fase khalaf.
Secara
terminologis, humanisme berasal dari bahasa latin yaitu dari kata humanus yang
memiliki akar kata homo yang berarti
manusia. Sedangkan humanus berarti sifat manusiawi atau sesuai kodrat manusia.
Pendukung filsafat humanisme disebut humanis. Pada awalnya yang disebut humanis
adalah sekelompok orang yang mempelajari dan menyelidiki buku-buku pengetahuan
yang ditinggalkan oleh orang-orang Yunani dan Romawi. Buku-buku itu
diterjemahkan kedalam berbagai bahasa, dicetak dan diberi penjelasan.
Selain humanus, juga terdapat
istilah umanista yaitu
golongan akademisi yang mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu humaniora seperti
gramatika, sejarah, retorika, seni puisi atau filsafat moral. Ciri seorang
humanis seperti dikemukakan oleh H.J. Blacam seorang direktur The British Humanist
Association, bahwa seseorang
layak disebut humanis jika memenuhi syarat-syarat yaitu orang itu berada diatas
dirinya sendiri. Bahwa perbuatan atau keputusan yang dilakukan oleh seseorang
berasal dari kesadaran dalam dirinya, bukan hasil dari mengikuti pikiran orang
sehingga tidak punya pendirian hanya mengikut saja pada pendapat orang lain,
tidak mandiri, tidak otonom.
Syarat kedua yaitu seorang humanis memandang hidup
ini adalah segala-galanya. Ia akan selalu mengisi kehidupannya dengan hal-hal
yang bermanfaat, tidak larut dalam kesedihan dan masa lalu, tetapi berfikiran
realistis dan punya rencana dan pikiran dengan prospek orientasi kedepan.
Syarat berikutnya yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri dan tanggung jawab
terhadap kemanusiaan pada umumnya. Jika sudah memiliki empat syarat atau
karakter ini maka seseorang akan menjadi manusia yang otonom atau mandiri,
hidupnya tidak tergantung kepada orang lain.
Misi humanisme yaitu merebut
manusia dari alienasi oleh obsesi masyarakat pada dunia-sana dan mengakarkannya
kembali pada dunia-sini. Dalam sejarahnya humanisme lahir dari gerakan
renaissance pada abad 16 terhadap dunia dehumanisme yang disetir oleh otoritas
gereja di Eropa selama berabad-abad. Gereja merasa menjadi satu-satunya
otoritas dalam memberikan interpretasi terhadap dogma-dogma agama yang kemudian
diterjemahkan kedalam segenap bidang kehidupan di Eropa. Mulai dari menyetir
kebebasan berfikir dan mengekspresikan fikiran sampai pada segala sesuatunya
harus manut pada ajaran gereja.
Semua yang bertentangan dengan ajaran gereja
dianggap menentang ajaran gereja dan firman tuhan. Di masa ini di Eropa gereja
tampil sebagai diktator yang berkuasa atas nama agama, semua ajarannya harus
diikuti tidak boleh ada kebenaran lain selain daripada ajaran agama atau
gereja. Dogma agama menyetir ruang kebebasan berfikir orang-orang di masa itu,
sehingga ilmu pengetahuan mengalami kebuntuan, tidak berkembang di Eropa. Sebab
itulah maka muncullah gerakan renaissance untuk membebaskan manusia dari
belenggu otoritarianisme gereja.
Sedangkan humanisme adalah puncak dari reaksi
renaissance dengan misi mengembalikan manusia sebagaimana manusia,
me-manusiakan manusia sebagaimana kodrat alamiahnya yang dilengkapi dengan akal
sebagai penuntun utama perilaku alamiahnya. Dalam hubungannya dengan
sekulerisme, gerakan renaissance berdampak pada ajaran pemisahan agama dari
negara atau agama dari politik. Ajaran sekulerisme ini dalam sejarah Indonesia
dijadikan percontohan untuk memisahkan Islam dari negara Islam dari politik.
Dalam perkembangannya, humanisme kontemporer hadir sebagai reaksi protes
terhadap kekuatan-kekuatan yang mengancam eksistensi nilai-nilai kemanusiaan
yang ada dalam diri manusia di era modern. Beberapa isu humanisme di era modern
yang diprotes humanisme kontemporer sebab kodrat alamiah manusia itu dapat
disalahgunakan dan dapat berdampak pada eksistensi kodrat alamiah manusia itu
sendiri. Isu humanisme tersebut yaitu, isu diri manusia. Bahwa manusia sebagai
sentral segala sesuatu secara alamiah atau secara fitrah memiliki sejumlah hak
dan kebebasan, tetapi hak dan kebebasan alamiah itu dapat mengancam kemanusiaan
manusia itu sendiri.
Sebab itu manusia harus pula bertanggung jawab atas fitrah
alamiahnya itu. Fitrahnya manusia itu menikah, maka tidak boleh atas dasar
apapun melarang manusia untuk menikah. Fitrah manusia harus menghormati dan
memperlakukan orangtuanya dengan baik, manusia tidak boleh bertindak sebaliknya
yaitu berlaku kasar dan memperlakukan orangtua secara buruk. Isu kedua yaitu
hakikat manusia. Bahwa humanisme memandang hakikatnya manusia itu baik, tetapi
harus sesuai dengan proporsinya. Misalnya humanisme memandang nikah itu fitrah
manusia dan itu baik, rasa suka antara perempuan dan laki-laki adalah fitrah,
tetapi rasa suka itu harus diekspresikan melalui pernikahan yang sah, tidak
melalui perzinahan.
Isu selanjutnya yaitu kebebasan dan otonomi manusia. Humanisme memprotes semua hal yang mengekang, menyalahi, menghalangi isu-isu tersebut, disamping itu humanisme menuntut tanggung jawab manusia atas kodrat alamiahnya. Menurut penggolongannya, ada beberapa macam humanisme yaitu modern humanism/humanisme naturalistic/scientific humanism/ethical humanism/demokratic humanism ialah satu filsafat naturalistik yang menolak semua supernaturalisme dan lebih bersandar pada rasio, ilmu pengetahuan, demokrasi dan perasaan kemanusiaan.
Humanisme modern terbagi dua yaitu humanisme sekuler dan humanisme religius. Humanisme religius mengambil dasar dari luar diri manusia yaitu agama, sementara humanisme sekuler hanya mengandalkan rasio atau akal belaka. Dalam Islam misalnya humanisme juga ada. Humanisme religius memandang agama sesuai dengan fitrah manusia, agama adalah pedoman untuk hidup manusia. Sementara itu humanisme atheis, sekuler atau humanisme anti agama melepaskan agama dan memilih dunia sebab agama dan dunia dipahami sebagai dua hal yang kontras satu dengan yang lain.
Humanisme sekuler memandang agama adalah mitos, menentang sikap rendah hati, ketakwaan dan keterikatan bathin pada akhirat, tidak percaya dan menentang keabadian atau kekal yang dijanjikan tuhan. Keabadian oleh penganut humanisme sekuler dipahami hanya berupa karya-karya monumental seperti nama baik, lukisan, patung-patung orang yang memiliki karya besar adalah menifestasi dari keabadian. Mereka yang menganggap humanisme arahnya atheis hanya melihat humanisme yang sekuler. Padahal humanisme dalam sejarahnya telah berkembang dan memiliki banyak corak dan variasi.
Isu selanjutnya yaitu kebebasan dan otonomi manusia. Humanisme memprotes semua hal yang mengekang, menyalahi, menghalangi isu-isu tersebut, disamping itu humanisme menuntut tanggung jawab manusia atas kodrat alamiahnya. Menurut penggolongannya, ada beberapa macam humanisme yaitu modern humanism/humanisme naturalistic/scientific humanism/ethical humanism/demokratic humanism ialah satu filsafat naturalistik yang menolak semua supernaturalisme dan lebih bersandar pada rasio, ilmu pengetahuan, demokrasi dan perasaan kemanusiaan.
Humanisme modern terbagi dua yaitu humanisme sekuler dan humanisme religius. Humanisme religius mengambil dasar dari luar diri manusia yaitu agama, sementara humanisme sekuler hanya mengandalkan rasio atau akal belaka. Dalam Islam misalnya humanisme juga ada. Humanisme religius memandang agama sesuai dengan fitrah manusia, agama adalah pedoman untuk hidup manusia. Sementara itu humanisme atheis, sekuler atau humanisme anti agama melepaskan agama dan memilih dunia sebab agama dan dunia dipahami sebagai dua hal yang kontras satu dengan yang lain.
Humanisme sekuler memandang agama adalah mitos, menentang sikap rendah hati, ketakwaan dan keterikatan bathin pada akhirat, tidak percaya dan menentang keabadian atau kekal yang dijanjikan tuhan. Keabadian oleh penganut humanisme sekuler dipahami hanya berupa karya-karya monumental seperti nama baik, lukisan, patung-patung orang yang memiliki karya besar adalah menifestasi dari keabadian. Mereka yang menganggap humanisme arahnya atheis hanya melihat humanisme yang sekuler. Padahal humanisme dalam sejarahnya telah berkembang dan memiliki banyak corak dan variasi.
Kritik Terhadap Humanisme
Humanisme mendapat kritik tajam dari strukturalisme yang tumbuh di Prancis pada tahun 1960 yang menolak manusia dijadikan subyek atau pusat dari segala sesuatu di dunia. Dalam pandangan strukturalisme manusia pada dasarnya dibentuk oleh relasi-relasi struktural sebagaimana setiap makhluk lainnya. Menurut strukturalisme manusia hanyalah salah satu eleman dalam struktur besar alam semesta, manusia bersifat dialektis dengan lingkungan sekelilingnya.
Strukturalisme melihat dalam sejarahnya humanisme justru ditarik sebagai proyek
peradaban barat, yang menjadi sentral dari humanisme historis adalah bangsa
barat. Beradab atau tidak beradab ditentukan dari perspektif humanisme barat,
barat menjadi tolak ukur peradaban. Disini humanisme malah bersifat eksklusif
sehingga bangsa barat menganggap dirinya adalah yang paling humanis dan paling
beradab. Kritik lainnya muncul dari aliran post modern yang memandang bahwa
manusia tidak dapat dipahami dan dijadikan sebagai sentral segala sesuatu,
manusia tidak dapat menjadi ukuran masyarakat.
Di dalam kompleksitas sosial
tidak ada ukuran yang menjadi pusat segalanya, tiap sistem memiliki ukurannya
masing-masing. Namun meskipun dikritik, humanisme telah mampu memberikan
penyadaran kepada manusia tentang bagaimana me-manusiakan manusia, humanisme
berangkat dari suatu keprihatinan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan ingin
melindungi martabat manusia dari kesewenangan apapun termasuk kesewenangan yang
dapat muncul dari agama, ideologi, sains dan pandangan dunia lainnya yang dapat
menjadi eksklusivitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar